Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

WAJAH PUCAT MUSIM DINGIN

    Flake mencoba merekatkan diri pada kaca jendela yang menjadi harapan terbaiknya saat itu. Lonceng gereja terdengar di kejauhan, beberapa orang berjalan cepat sambil merapatkan mantel mereka saat melintasinya. Seorang gadis kecil yang mengenakan penutup kepala berwarna biru buram berlari keluar membawa sebuah ember logam di tangan.      Ia mengenal Eowyne lebih baik dari manusia manapun. Menyaksikan setiap hari yang dilaluinya jauh dari segala kemudahan. Menakjubkan bagaimana gadis kecil itu masih selalu memancarkan semangat dan harapan yang sama. Namun malam ini ada yang tampak berbeda. Kegelapan menghiasi wajah pucatnya. Flake terus mengamati Eowyne yang meletakkan ember kemudian duduk dan memeluk lutut. Tubuhnya bergoyang-goyang dalam ritme teratur.      “Mama, apakah saat ini kau sedang mengamatiku dari surga?”      Bisikan yang lebih menyerupai elegi kesedihan. Ingin sekali rasanya Flake mendekap tubuh menggigil di balik mantel lusuh itu. Sayangnya tak ada yang dapat ia l

EL PRESIDIARIO

     Jarum-jarum hujan mengantarkan elegi malam, bergelayut di ujung bibir para seniman yang mendendangkan balada kesunyian. Kuhirup napas kehidupan dan merasa terberkati. Setiap molekul udara yang selama ini kuanggap hanya bagian kecil dari sebuah kehidupan, kini jauh lebih berharga dari nyawaku sendiri.      Hanya saja, penebusan dosa tidak berakhir bersama dengan masa tahananmu. Ada kehidupan lain di luar jeruji besi yang dingin dan lantai beraroma pesing. Kehidupan lain itu memiliki lebih banyak warna, namun cakar dan taringnya akan membunuhmu lebih cepat. Bukankah tak ada yang lebih berbahaya selain dari kebencian kolektif? Saat hampir seluruh warga kota membencimu?      Namaku Gustavo Chavez, mengawali kesialan di usia yang telah matang secara hukum. Ya, hanya enam jam setelah pesta ulang tahunku yang ke delapan belas. Sebuah ironi yang hingga kini masih membuatku menertawakan diri sendiri.      Kau tahu? Sepertiga penghuni penjara federal bukanlah penjahat sesungguhnya. Mere

GANENDRA

        Cakrawala gelap menjerit murka, mengibaskan cambuk berkilat yang mencederai hujan dan mengusik ketenangan sang bayu. Alam seolah bersepakat menciptakan benang-benang rumit bagi perjalanan keturunan Adam yang berpijak tanpa ragu di atas kedermawanan tangan bumi. Terengkuh dalam gigil ketakutan, Ganendra menepis hembus ancaman alam dengan berlari. Seorang hamba Tuhan lain baru saja membunuh nuraninya demi membelokkan garis takdir, bergelung dalam keangkuhan memburu pengakuan atas peran sebagai algojo Tuhan. Manusia hampa iman bermonolog dengan makhluk-makhluk tanpa wajah, mendesak pikiran untuk menggempur kemanusiaan dan menghisap habis kebajikan dari sepotong kecil hati nan membeku.           Tiada habis pikir betapa lebih mudah untuk tidak menginginkan sesuatu, bahkan atas jiwa paling murni sekalipun. Sepuluh tahun yang lalu, hatinya tak terjamah prasangka buruk tatkala wanita itu enggan merelakan bulir-bulir putih terkecap oleh lidahnya. Namun setiap kali mentari menebarkan

THE SMILEY FACE

See the funny little clown He's hiding behind a smile They all think he's laughing But I know he's really crying all the while (“See the Funny Little Clown” by Bobby Goldsboro) Joanne menatap poster yang tertempel pada dinding bata, suatu kebetulan yang aneh saat dalam waktu bersamaan melodi itu terdengar mendekat. Tidak lama lagi caravan yang membawa lima manusia dengan kostum dan riasan yang menyedihkan akan turun seperti bola-bola karet yang dilepaskan dari sebuah jaring besar. Bergegas ia menggerakkan jari-jarinya pada poster, mengoyak kertas itu dan berlari sebelum siapapun memergokinya. Wajah Lovejoy yang tersenyum lebar di sana kini melayang rendah bergelung dengan debu jalanan. Joanne telah merobek sebagian wajahnya dan kini kertas itu bergerak lebih tinggi, membentur permukaan kaca caravan berwarna cerah pelangi. Gadis kecil itu merapatkan ranselnya yang kini terasa lebih berat, berlari lebih kencang menu

WAKTU TAK PERNAH LUPA, SAYANG

Cinta adalah ingatan terbaik. Kau melintasi beberapa periode waktu, dimensi dan bahkan reinkarnasi tak akan membunuh bayangannya. Jika aku menyebut cinta sebagai kesucian, murni dan tak terjamah, maka itulah yang kurasakan setiap kali seluruh perhatianku teralih ke satu titik, yaitu dirinya. Pada hari ini ia bercukur seraya menyenandungkan lagu Tr au mer. Pria itu melakukannya dengan gerakan melingkar yang terorganisir. Sebagaimana ia menjalani hidup seperti rotasi jarum jam, memastikan surat kabar dilipat dengan benar, kursi makan tidak bergeser sedikit lebih jauh beberapa derajat, bahkan sepatu tidur harus berwarna merah pada Senin dan hijau pada Sabtu. Penyimpangan sekecil apapun dari ritual itu akan mengusiknya. Lebih hebat dari reaksi marahnya saat Bayern Mu nchen tak berhasil meraih kemenangan dalam Bundesliga. Ini waktu tepat untuk memberitahunya bahwa kemarin adalah hari ulang tahunku. Sebaiknya ia memikirkan sebuah kado istimewa untukku, paling tidak untuk beberapa tah